Mengukur Nilai Diri: Berdasarkan Apa?

Source: pinterest.com

Melanjutkan tulisan 2 minggu lalu yang membahas bahwa tidak seharusnya nilai diri kita sendiri kita gantungkan pada pencapaian materialis, lalu dari mana nilai diri kita berasal?

Di luar kita memang berharga sebagai makhluk ciptaanNya, tentu kita sebagai manusia tetap perlu standar untuk mengukur besar atau kecilnya nilai diri kita agar tahu apakah kita bertumbuh atau tidak, dan aku selalu diajarkan untuk menaruh nilai tersebut pada apa-apa yang bisa diusahakan.

Misal dalam belajar, dibanding mengaitkan nilai diri pada nilai ujian, aku lebih memilih untuk mengaitkannya pada usahaku dalam belajar. Penilaiannya bisa dibagi menjadi dua, yaitu secara kualitas dan kuantitas.

Secara kualitas dengan melihat apakah cara belajarku sudah cukup efektif dan produktif, sedangkan secara kuantitas dengan melihat banyaknya waktu yang aku alokasikan untuk belajar, atau seberapa banyak materi yang telah aku pahami.

Begitu juga dengan nilai diri yang aku taruh pada pencapaian harian; bacaan, skill, tulisan, tontonan. Semua aku ukur dari banyaknya hal yang bisa aku serap dan pelajari; kualitas, dan seberapa banyaknya hal yang aku selesaikan; kuantitas.

Konsep ini mengaca kepada islam yang mengajarkan kita bahwa manusia tidak akan dinilai berdasarkan hasil, karena hasil sudah menjadi bagian dari takdir, melainkan berdasarkan respon kita atas takdir yang menimpa.

Misal dalam perkara kaya atau miskin. Islam tidak pernah bilang bahwa kita harus kaya atau miskin, islam juga tidak pernah bilang ada yang salah dalam menjadi salah satunya.

Islam justru mengajarkan respon; bahwa kita tidak boleh sombong saat diberi kekayaan, dan tidak boleh berputus asa saat diberi kemiskinan.

Walaupun dengan menaruh nilai diri kita tidak pada hal materialis, berarti kita juga harus meninggalkan penilaian orang lain sebagai standar kesuksesan.

Tapi aku pribadi percaya, meskipun pencapaian kita tidak terlihat dalam bentuk materialis seperti nilai ujian, jumlah followers, ataupun gelar kelulusan, orang lain akan tetap bisa melihat nilai tersebut; selama kita meyakini nilai diri kita sendiri.

Karena bayangkan jika kita punya teman dengan segudang prestasi tapi dirinya sendiri masih ragu dengan nilai dirinya, bukankah ketidakpercayaan itu akan terasa juga oleh kita?

Maka poinnya bukan ada pada apa yang terlihat, tapi pada apa yang kita usahakan dan yakini atas diri kita. Sebab sadar atau tidak sadar, penilaian orang lain terhadap diri kita juga besar dipengaruhi oleh penilaian kita terhadap diri kita sendiri.  

Setidaknya begitu yang aku pelajari sejauh ini.

Sekian dulu untuk hari ini. Kalau ada kebaikan yang kalian dapat, aku akan sangat senang jika kalian juga membagikannya ke sekitar kalian. Sampai jumpa di kesempatan berikutnya!

Komentar