![]() |
Sumber: pinterest |
“Ya,
nulis tentang patah hati dong” adalah kalimat keramat yang sungguh buatku takut
karena apa jangan-jangan ini pertanda aku yang akan selanjutnya merasakan?
Entah
sejak kapan, tapi aku merasa kalau aku selalu berada di fase yang hampir sama
dengan satu orang ini. Mulai dari perkara krisis identitas, saat lagi punya masalah
dengan orang tua, sampai yang terakhir tahun lalu, saat ada laki-laki yang
datang ke rumah.
Dan
tiba-tiba curhatannya kemarin adalah tentang dirinya yang sedang merasakan patah
hati. Bodohnya pemikiran cepatku malah bilang, apakah ini pertanda kalau aku
akan merasakannya dalam waktu dekat?
Sungguh
ironis, tapi ternyata jawabannya adalah iya.
Saat
pertemuan, satu-satunya nasihat yang bisa aku sampaikan sebagai seseorang yang
masih bisa memandang perkara tersebut dengan objektif tentu saja,
“Kalau
bingung ya tinggal bawa istikharah, kalau jawabannya enggak berarti bukan
orangnya” *sambil dalam hati berdo’a semoga bisa merealisasikan nasihat yang
sama kalau-kalau diberikan ujian yang sama TT*
Siapa
sangka jawaban dia adalah, “Nah itulah, aku takut gak siap ngelepas kalau
ternyata jawabannya adalah enggak” Sejak itu aku tahu, kalau dia sudah terlanjur
jatuh.
Alhamdulillah
kejadianku tidak sampai se-ekstrem itu. Tapi sungguh “melepas sesuatu yang
bahkan belum kita miliki” dalam bentuk manusia, bukanlah sesuatu yang pernah aku
bayangkan akan terjadi.
Cukup
menjadi renungan. Karena pada akhirnya di titik ini lah keyakinan kita atas yang
terbaik menurutNya sedang diuji. Karena jika memang kita siap mendapat yang
terbaik menurutNya, bukahkah berarti kita juga harus siap melepas yang bukan
terbaik menurutNya?
Iya berat.
Iya sedikit menyedihkan. Tapi aku sadar bahwa kita hanyalah manusia, dengan
segala keterbatasannya. Menyandarkan sesuatu hanya berdasarkan perasaan sementara
terdengar sama dengan mengundang musibah untuk diri sendiri. Maka berserah,
menjadi opsi yang paling masuk akal.
Peluk
jauh untuk kalian yang sedang berada di fase yang sama, percayalah kalau
rencanaNya sudah yang terbaik. Meski mungkin untuk sekarang kalian masih terus bertanya,
akan seperti apa bentuk terbaikMu itu ya Allah?
Komentar
Posting Komentar