Kali ini aku ingin bercerita tentang bagaimana aku diamanahi sebagai panitia
kemarin. Bukan, bukan tentang bagaimana aku bekerja; justru tentang bagaimana
aku diapresiasi.
Seperti di tulisan sebelumnya aku pernah bercerita bahwa aku belum punya
banyak pengalaman dalam berorganisasi, maka di kepanitiaan kali ini aku lebih
banyak meraba bagaimana harus bekerja.
Bertanya sana-sini, mencoba ini-itu, semua aku lakukan sebisasanya,
semampunya. Benar-benar bekerja seadanya, sebab memang baru sebatas itu yang
aku bisa. Tapi tidak dengan apresiasi yang aku dapatkan, sungguh jauh di atas
seadanya.
Bagaimana orang-orang menyemangati di hari H, menyelamati di akhir hari,
belum lagi bagaimana ucapan-ucapan apresiasi terus berdatangan setelah
selesainya acara. Entah apakah semua kepanitiaan bentuknya seperti ini, tapi yang
satu ini rasanya sungguh hangat.
Biasanya kalimat penyemangat dan selamat selalu aku pandang hanya sebagai
bentuk basa-basi; pas ketemu gak tau lagi harus ngomong apa, atau sekedar
formalitas karena telah selesainya acara.
Tapi tidak dengan yang kali ini. Kalimat-kalimatnya terasa sampai hati, apresiasi-apresiasi
yang disampaikan memang terasa tulus. Sampai-sampai aku sempat bertanya, “Apa aku memang
pantas mendapatkan apresiasi sebesar itu?”
Apalagi kalimat “Semoga Allah balas dengan yang jauh lebih baik” yang membuat aku berpikir ulang atas segala bentuk apresiasi yang pernah aku
bayangkan.
Iyaya, pada akhirnya satu-satunya yang dapat membalaskan usaha kita ya hanya
Dia. Mau kita apresiasi orang sebesar apapun, kita hanya bisa memberi ucapan
atau setidaknya sesuatu yang tidak akan sebanding dengan usahanya.
Tapi Dia? Sudah pasti jauh lebih tahu usaha kita ataupun dia yang sedang
kita apresiasi. Jadi kenapa tidak sekalian saja kita serahkan balasan tersebut
kepadaNya?
Dari sini aku jadi belajar, ternyata memang sepenting itu mengelilingi diri
dengan mereka yang hatinya dekat denganNya. Hati-hati yang sudah merasa cukup atas
pemberianNya, maka tanpa pamrih juga akan memberi kepada sekitarnya dengan
sepenuh hati; sampai-sampai begitu terasa ketulusannya.
Nasihat yang sudah sangat sering aku dengar, tapi baru kali ini aku rasakan
langsung manfaatnya.
Mengelilingi diri dengan mereka yang juga sedang mendekatkan diri kepadaNya bukan
karena kita sudah cukup baik, tapi justru sebaliknya. Karena kita selalu butuh
pengingat tersebut; pengingat yang tidak hanya berbentuk nasihat, tapi juga
perilaku yang sungguh mencerminkan rahmatNya.
Tulisan kali ini aku dedikasikan sebagai bentuk terimakasihku kepada teman-teman
yang sudah mengisi hari-hariku di Kayseri kemarin, terkhusus kepadaNya, karena telah
memberiku kesempatan bertumbuh di tengah-tengah lingkungan yang begitu hangat.
Alhamdulillah.
Sekian dulu untuk hari ini. Kalau ada kebaikan yang kalian dapat, aku akan sangat senang jika kalian juga membagikannya ke sekitar kalian. Sampai jumpa di kesempatan berikutnya!
Komentar
Posting Komentar