Belajar Mengakui Privilege: Aku Kerja Apa?

Source: pinterest.com

Di awal aku pernah bilang kalau blog ini akan jadi journal perjalanan 20 tahunku. Maka sepertinya kurang sah, jika aku belum menceritakan pengalamanku 2 bulan terakhir ini; kerja remote!

Selama di Indonesia kemarin aku sempat punya waktu kosong sekitar 2 bulan. Sebagai orang tua yang sangat tidak bisa melihat anaknya menganggur, aku pun ‘diceburin’ buat magang di kantor ayah.

*Gak ada angin gak ada ujan nih*

“Besok kamu mulai kerja di kantor ya”

*heh?*

Sempet kepikiran buat nolak, tapi oke lah ya untuk dicoba, itung-itung pengalaman baru. Toh dapet gaji juga, lumayan bisa jadi uang jalanku nanti pas udah di Turki.

Dimulailah pengalaman magangku dari sana.

Setelah 2 bulan selesai, aku sama sekali gak punya ketertarikan untuk lanjut kerja. Walaupun sebenarnya bisa aja karena kerjanya memungkinkan untuk remote. Menurutku saat itu, waktu luang lebih berharga dari uang, toh uang bulananku sudah mencukupi.

Sampai akhirnya di November kemarin tiba-tiba ayah nawarin untuk kerja lagi; Oh tentu saja reaksi pertamaku adalah penolakan.

Tapi makin lama aku jadi mulai bertanya ke diri sendiri, kenapa? Kenapa harus nolak disaat mimpi aku sejak dulu adalah bisa punya pekerjaan remote? Apa karena datangnya dari orang tua? Apa aku malu karena kalaupun kerja pekerjaannya bukan hasil dari nyari sendiri?

Pertanyaan ini terus berulang sampai akhirnya aku dapat satu kesimpulan: ini adalah sebuah privilege, dan poinnya ada pada bagaimana aku memaksimalkannya.

Bukankah tak ada yang salah dari sebuah privilege

Jadi di sinilah aku berakhir. Mengambil kembali pekerjaan tersebut atas dasar memaksimalkan privilege yang aku miliki. Lagi pula aku tetap digaji karena aku bekerja, kenapa pula aku harus malu?

Kejadian ini mengajarkan aku untuk lebih terbuka terhadap kesempatan-kesempatan yang datang. Jangan sampai mudah menolak sesuatu hanya karena merasa hal tersebut tidak ideal menurut kita yang sekarang.

Karena bisa jadi, justru hal yang kita anggap tidak ideal tersebutlah yang akan mendekatkan kita kepada mimpi-mimpi besar kita kedepannya.

Selayaknya aku yang sempat gengsi untuk menerima tawaran kerja dari orang tua sendiri, lalu menerimanya, aku harap kalian juga tidak gengsi untuk menerima privilege yang kalian punya; entah dalam bentuk apapun itu.

Jadi bagaimana, privilege apa yang sekarang sedang kalian coba maksimalkan?

Sekian dulu untuk hari ini. Kalau ada kebaikan yang kalian dapat, aku akan sangat senang jika kalian juga membagikannya ke sekitar kalian. Sampai jumpa di kesempatan berikutnya!

Komentar