Perjalanan Mencari Tuhan 03: Kalau Tuhan Ada, Siapa yang Menciptakan Tuhan?


Dengan perjalanan sebelumnya, akal kita akan mulai mengakui bahwa tuhan itu ada. Tapi kalau tuhan memang ada, siapa yang menciptakan? Imajinasiku saat SD menjawabnya dengan 2 kemungkinan: ada yang menciptakan atau ada dengan sendirinya. Pertanyaan tersebut tak pernah terjawab pada masanya, karena satu-satunya jawaban yang aku dapatkan saat itu adalah diminta untuk diam dan jangan bertanya lagi.

Saat itu “ada dengan sendirinya” adalah sesuatu yang tidak masuk akal. Tapi bagaimana, kalau ternyata “ada yang menciptakan” justru jauh lebih tidak masuk akal daripada “ada dengan sendirinya”? Karena jika tuhan diciptakan oleh tuhan lain misalnya, lalu siapa yang menciptakan tuhan lain yang menciptakan tuhan tersebut? Pertanyaan ini akan terus bergulir tanpa ada habisnya, bukan?

Sebenarnya dengan dalil kita akan mudah mengetahui bahwa ilmu Allah itu luas, maka sebagai manusia yang terbatas tentu akan banyak hal-hal yang tidak bisa dijawab oleh logika manusia. Tapi sebagai aku yang masih meragukan keberadaan tuhan saat itu, menjawabnya dengan dalil sama saja memberi sesuatu yang masih tidak ada. Toh tuhannya saja belum diakui, bagaimana dengan dalilnya?

Lewat ilmu pengetahuan kita akan tahu bahwa sebelum adanya ledakan Big Bang ruang dan waktu belum tercipta. Maka jika tuhan ada sebelum itu untuk menciptakan ledakan Big Bang, Dia harus ada sebelum ruang dan waktu ada. Pernyataan ini bisa diterima, sebab sesuatu yang menciptakan pasti tidak sama dengan ciptaannya, harus lebih, atau berbeda.   

Dengan kita bertanya kapan tuhan tercipta? Di mana? Dan bagaimana? Sebenarnya sudah menunjukan bahwa kita bertanya dengan sifat makhluk, yang mana serba terbatas. Sedangkan tuhan, tidak dibatasi oleh apapun. Maka dengan bertanya menggunakan pertanyaan yang bersifat makhluk mengenai pencipta, hanya akan menghasilkan pertanyaan yang salah. Dan pertanyaan yang salah tidak akan bisa dijawab dengan jawaban yang benar.

Dari sini aku mulai sadar, untuk menghasilkan pertanyaan yang benar saja kita tidak akan mampu. Sebab mau bagaimana pun juga, kita hanya sebatas makhluk, yang mana wajar jika terbatas. Bukankah seharusnya kita sebagai makhluk merasa bangga memiliki pencipta yang Maha Kuasa? Sebab menurutku sendiri akan menyedihkan, kalau sampai ternyata pencipta kita tidak lebih hebat dari diri kita sendiri.

Dan dari sini juga akhirnya aku belajar, tidak akan ada gunanya mengandalkan akal sebagai segala-galanya. Toh akal kita terbatas, sedangkan pencipta kita tidak terbatas. Maka bukankah memilih tunduk akan menjadi opsi yang paling menjanjikan?

Mengakui bahwa diri kita rendah bukan karena rendah diri, melainkan karena kita tahu bahwa dengan merasa rendah itulah kita bergantung kepada sesuatu yang jauh lebih kuat dari diri kita sendiri.

Sekian dulu untuk hari ini. Kalau ada kebaikan yang kalian dapat, aku akan sangat senang jika kalian juga membagikannya ke sekitar kalian. Sampai jumpa di kesempatan berikutnya! 


Komentar