Sebenernya aku ga pernah mempermasalahkan persoalan ini dari
awal, toh aku percaya tuhan itu ada. Tapi dalam perjalanannya, aku merasa bahwa
logika dalam menemukan jawaban ini adalah logika yang akan sangat disayangkan
jika tidak semua muslim memahaminya. Jadi, mari coba aku ceritakan.
Pertama kali bahas persoalan ini, aku diposisikan sebagai
aku yang adalah seorang anak.
Apakah aku punya ibu? Punya.
Apakah ibuku punya ibu? Punya.
Apakah ibunya ibuku punya ibu? Punya.
Apakah ibunya ibunya ibuku punya ibu? Punya. Tapi kenapa aku
bisa yakin, emangnya aku pernah ketemu dengan ibunya ibunya ibuku? Engga.
Begitulah manusia, tanpa melihat langsung, sebenarnya logika
kita mampu menalar apa yang tidak bisa kita lihat secara langsung. Dan nalar
tersebut menjadi benar, jika disertai dengan bukti; ilmiah/dalil. Tapi karena
ceritanya posisi kita di sini belum percaya dengan keberadaan tuhan, maka mari
tidak pakai dalil terlebih dahulu.
Jika premis ini ingin diteruskan, akan berakhir pada
penciptaan Adam dan Hawa. Lalu dari mana keduanya tercipta? Mereka yang tidak
percaya dengan tuhan biasanya akan menjawab bahwa keduanya tercipta dari
ledakan Big Bang yang terus berevolusi. Dan asal Big Bang? Masih belum ditemukan
jawabannya.
Padahal kalau mau jujur, sebenarnya Big Bang menjadi asal
dari penciptaan manusia ini kurang masuk akal. Apakah materi yang satu akan bisa
menciptakan dirinya begitu saja menjadi materi lain? Apakah dari satu partikel
yang sama secara tak sengaja akan memisahkan diri jadi elemen-elemen berbeda
seperti api, air, tanah, dll? Maka dari sini, kemungkinan bahwa adanya tuhan
yang menciptakan dan mengatur segala sesuatu jadi jauh lebih masuk akal,
dibanding semua ada dengan sendirinya.
Selanjutnya aku diajak untuk memperhatikan sekitar.
Di sekitarku sekarang sedang ada kipas angin, kulkas, laptop,
meja, kursi, dan masih banyak lagi. Kita pasti akan langsung mengakui bahwa
yang menciptakan itu semua jauh lebih canggih dari ciptaan itu sendiri. Maksudnya
gini, apakah mungkin kalau laptop menciptakan dirinya sendiri? Wah, ga masuk
akal dong. Siapa yang akan percaya dengan pernyataan bahwa laptop yang ada di
depanku sekarang ini tiba-tiba ada tanpa ada yang merakitnya? Begitu juga
dengan alam semesta.
Bayangkan sebuah gunung yang begitu gagah dan kuat. Jika
kita sudah setuju bahwa sesuatu tidak akan mungkin tercipta sendiri tanpa ada
yang menciptakan, maka akal kita pasti akan mengatakan bahwa yang menciptakan
gunung pastilah lebih gagah dan kuat dari gunung itu sendiri, bukan?
Dengan melihat luasnya alam semesta, dalamnya samudra,
indahnya sunset, damainya sunrise, kita akan selalu menemukan sifat-sifat
mengagumkan dari semua itu. Akal kita akan mengakui, bahwa ada sesuatu yang
lebih besar dan berkuasa, yang menciptakannya. Sesuatu yang hanya bisa
diterjemahkan sebagai tuhan. Karena apalagi, yang lebih berkuasa dari tuhan?
Baru pada langkah terakhir, aku dipersilahkan untuk mencari siapa
tuhan yang sekiranya memenuhi semua sifat yang telah kita terjemahkan dari
setiap ciptaan-ciptaanNya tadi.
Mungkin tidak harus islam jika kalian masih ragu, kalian
bisa mencarinya di agama-agama lain. Tapi percayalah, akal kita akan tahu mana
yang benar dan mana yang tidak, asal kita mau jujur.
Mungkin ini agak kurang relate untuk kalian yang sudah
mengakui keberadaan tuhan sejak awal, karena… untuk apa dicari, bukan? Tapi,
bagiku logika ini adalah reminder tersendiri, agar kedepannya aku dapat melihat
alam tidak sebatas mengaggumi alamnya saja, tapi juga jadi pengingat seberapa
luar biasa penciptanya.
Sekian dulu untuk hari ini. Kalau
ada kebaikan yang kalian dapat, aku akan sangat senang jika kalian juga
membagikannya ke sekitar kalian. Sampai jumpa di kesempatan berikutnya!
Komentar
Posting Komentar