![]() |
Sumber: Pinterest |
Kalian pernah nanya gak sih, kenapa ada negara yang maju dan tidak? Apakah yang mempengaruhi adalah ekonominya? Populasinya? Politiknya? Atau Apa?
Karena aku bukan ahli kenegaraan, tentu aku gak tau apa jawaban pastinya. Tapi ada satu sudut pandang yang menarik, yang aku rasa kita semua akan bisa mengambil pelajaran dari sini.
Ada 5 kebutuhan yang dibahas dalam piramida Maslow:
Fisiologis, Keamanan, Sosial, Ego, dan Aktualisasi diri. Kebutuhan yang jika
dasarnya saja belum terpenuhi, maka akan sangat sulit untuk kebutuhan
selanjutnya dapat terpenuhi juga.
Seseorang yang sudah ada di titik aktualisasi diri, mungkin
akan berpikir 2 kali saat ada kesempatan bekerja dengan gaji yang cukup besar
tapi tidak sesuai dengan keinginan hatinya. Karena baginya, untuk apa
mengorbankan ketenangan hati untuk sesuatu yang gak seberapa?
Tapi untuk mereka yang masih membutuhkan uang untuk memenuhi
kebutuhan fisiologisnya, cenderung gak akan menjadikan hal tersebut sebagai
bahan pertimbangan. Karena bagi mereka, untuk apa mempertimbangkan urusan hati
jika makan saja masih susah?
Lalu bagaimana dengan orang-orang yang sudah terpenuhi
kebutuhan fisiologisnya, tapi masih saja mengambil hak orang lain sebagai
pembenaran bahwa mereka juga ‘membutuhkan’ uang tersebut?
Jawabannya adalah kita gak bisa bilang apakah kebutuhan fisiologis seseorang sudah benar-benar terpenuhi atau belum. Karena seperti yang sudah di bahas di episode 7, kalau tercukupi atau tidaknya kebutuhan tergantung pada standar yang ia buat untuk dirinya sendiri dan rasa cukup yang ia miliki.
Jadi simpelnya,
orang-orang tersebut mungkin terlihat cukup. Tapi sayangnya, belum merasa
cukup.
Sekarang bicara soal hak negara kepada rakyatnya. Di dalam
hukum islam dalam bernegara, makan dan kesehatan yang mana masuk ke dalam
kebutuhan fisiologis serta keamanan adalah bagian dari tanggung jawab negara.
Coba kalau ini benar-benar dijalankan, 2 kebutuhan dasar
kalian sudah ditanggung oleh negara. Jadi kalian hanya tinggal fokus pada
urusan sosial sampai aktualisasi diri saja. Gak perlu lagi galau karena mau
berkarya, tapi masih ada makan keluarga yang harus dipikirkan. Gak perlu lagi
bingung mau mengejar pendidikan tapi uangnya dari mana? Karena pendidikanpun
sudah ditanggung negara.
Inilah rahasia di balik kesuksesan orang-orang hebat pada
masa Abasiyah. Fokus mereka pada saat itu sudah ada pada level aktualisasi
diri, sebab tidak disibukan lagi dengan urusan memenuhi kebutuhan-kebutuhan
dasar.
Tapi sekarang bayangkan… bagaimana jika pejabat negaranya
saja belum selesai dengan kebutuhan dasarnya? Iya mungkin dari luar mereka
sudah terlihat sangat berkecukupan. Tapi sayangnya standar yang mereka tetapkan
pada diri sendiri sangatlah tinggi dan masih terus meninggi, sehingga fokus
mereka masih untuk memenuhi ‘kebutuhan’ tersebut.
Saat ada kesempatan korupsi, boro-boro mereka akan berpikir
“Bagaimana kehormatanku?” atau “Bagaimana hak orang-orang yang dirugikan atas
perbuatanku?”. Toh yang ada di kepalanya masih urusan pribadi.
Kira-kira jika kalian punya pilihan, di mana kalian akan
tinggal? Di negara yang para pemimpinnya sudah selesai dengan kebutuhan mereka sendiri atau mereka yang belum? Jika jawabannya adalah yang pertama dan
pada kenyataannya tidak begitu, mungkin yang harus kalian lakukan adalah menjadi.
Menjadi diri yang sudah selesai dengan kebutuhan kalian sendiri. Menjadi
diri yang fokusnya sudah pada tahap aktualisasi diri. Sehingga saat berperan, pola
pikirnya adalah apa yang bisa aku berikan? Bukan apa yang bisa aku dapatkan?
Karena kalianlah yang akan menjadi ‘para pemimpin’ tersebut
di kemudian hari. Jadi jika kalian tidak bisa tinggal di dalam negara yang para
pemimpinnya sudah selesai dengan dirinya sendiri, semoga kalian bisa jadi yang
merealisasikannya di masa depan nanti.
Komentar
Posting Komentar