![]() |
Sumber: Pinterest |
Pertanyaan selanjutnya bagi sebagian orang mungkin kenapa
kita harus menemukan potensi diri? Kenapa gak yaudah jalanin aja hidup ini
sengalirnya. Toh tahu ataupun gak tahu apa potensi diri kita, kita akan tetap
hidup.
Iya mungkin akan tetap hidup, tapi hidup sebagai siapa?
Manusia punya hukum alam memegang suatu nilai sebagai sebuah
pegangan hidup. Jika nilai tersebut tidak ditentukan oleh diri sendiri, maka
akan ditentukan oleh sekitar. Entah itu atas kemauan kalian atau tidak, tapi
tanpa pegangan, maka cepat atau lambat nilai-nilai dari sekitar akan
segera menjadi nilai yang kalian pegang juga.
Ada satu kesamaan yang akan dimiliki oleh orang-orang
seperti ini: tidak paham dengan dirinya sendiri. Mereka cenderung akan melihat
orang lain jika membuat pilihan, karena merasa memang begitu yang seharusnya.
Jika memilih sesuatu, mereka akan memilih karena orang lain
banyak yang memilih pilihan tersebut. Pun jika menolak, juga karena banyak
orang yang menolak pilihan tersebut. Mereka juga akan cenderung takut untuk
mengambil resiko, dengan alasan takut jika gagal, dia akan terjatuh sendiri
tanpa teman.
Dengan adanya sosial media sekarang, pengaruh tersebut
paling banyak berasal dari sana. Entah secara sadar atau tidak, satu-dua
informasi yang kita dapatkan dari sosial media akan mulai menjadi bagian dari
diri kita juga. Iya kalau memang bagus; tapi tanpa pegangan, kita akan mudah
terikut ke sana kemari.
Nasihat “Jadilah dirimu sendiri” yang sering kali kita dapatkan jadi sesuatu yang gak realistis lagi. Karena memang jadi diri kita yang mana? Apakah jika karakterku sombong dan egois, aku jadi boleh sombong dan egois? Kan gak gitu.
Jadi jawaban di balik kenapa kita harus mencari potensi diri sebenarnya
adalah untuk menemukan jati diri,
Menemukan Potensi Diri = Menemukan Jati Diri
Karena lewat prosesnya, kita juga akan menemukan jawaban dari
nilai-nilai apa saja yang ingin kita pegang? Prinsip apa saja yang ingin kita
hidupi? Karakter mana saja yang ingin kita ambil serta mana yang ingin kita
buang? dan banyak lagi hal lainnya.
Dengan begitu, sosial media yang memiliki 2 mata pisau tidak
lagi menjadi sesuatu yang mempengaruhi kita tanpa kita sadari. Kita tidak akan
lagi terbawa arus, melainkan yang mengarahkan arus.
Entah itu dengan mengambil pelajaran sesuai dengan nilai
serta prinsip yang sudah kita pegang, atau justru menjadi bagian yang
membagikan nilai serta prinsip hidupnya ke orang banyak. Atau singkatnya
terpengaruhi dengan sadar, atau justru mempengaruhi.
Jadi bagaimana, apakah kalian tim yang akan terus mencari
potensi diri, atau tetap menjadi kalian yang sekarang karena inilah kalian?
Komentar
Posting Komentar