Menemukan Potensi Diri 08: Aku ya Aku, Untuk Apa Potensi Diri Dicari?

 

Sumber: Pinterest

Pertanyaan selanjutnya bagi sebagian orang mungkin kenapa kita harus menemukan potensi diri? Kenapa gak yaudah jalanin aja hidup ini sengalirnya. Toh tahu ataupun gak tahu apa potensi diri kita, kita akan tetap hidup.

Iya mungkin akan tetap hidup, tapi hidup sebagai siapa?

Manusia punya hukum alam memegang suatu nilai sebagai sebuah pegangan hidup. Jika nilai tersebut tidak ditentukan oleh diri sendiri, maka akan ditentukan oleh sekitar. Entah itu atas kemauan kalian atau tidak, tapi tanpa pegangan, maka cepat atau lambat nilai-nilai dari sekitar akan segera menjadi nilai yang kalian pegang juga.

Ada satu kesamaan yang akan dimiliki oleh orang-orang seperti ini: tidak paham dengan dirinya sendiri. Mereka cenderung akan melihat orang lain jika membuat pilihan, karena merasa memang begitu yang seharusnya.

Jika memilih sesuatu, mereka akan memilih karena orang lain banyak yang memilih pilihan tersebut. Pun jika menolak, juga karena banyak orang yang menolak pilihan tersebut. Mereka juga akan cenderung takut untuk mengambil resiko, dengan alasan takut jika gagal, dia akan terjatuh sendiri tanpa teman.

Dengan adanya sosial media sekarang, pengaruh tersebut paling banyak berasal dari sana. Entah secara sadar atau tidak, satu-dua informasi yang kita dapatkan dari sosial media akan mulai menjadi bagian dari diri kita juga. Iya kalau memang bagus; tapi tanpa pegangan, kita akan mudah terikut ke sana kemari.

Nasihat “Jadilah dirimu sendiri” yang sering kali kita dapatkan jadi sesuatu yang gak realistis lagi. Karena memang jadi diri kita yang mana? Apakah jika karakterku sombong dan egois, aku jadi boleh sombong dan egois? Kan gak gitu. 

Jadi jawaban di balik kenapa kita harus mencari potensi diri sebenarnya adalah untuk menemukan jati diri,

Menemukan Potensi Diri = Menemukan Jati Diri

Karena lewat prosesnya, kita juga akan menemukan jawaban dari nilai-nilai apa saja yang ingin kita pegang? Prinsip apa saja yang ingin kita hidupi? Karakter mana saja yang ingin kita ambil serta mana yang ingin kita buang? dan banyak lagi hal lainnya.

Dengan begitu, sosial media yang memiliki 2 mata pisau tidak lagi menjadi sesuatu yang mempengaruhi kita tanpa kita sadari. Kita tidak akan lagi terbawa arus, melainkan yang mengarahkan arus.

Entah itu dengan mengambil pelajaran sesuai dengan nilai serta prinsip yang sudah kita pegang, atau justru menjadi bagian yang membagikan nilai serta prinsip hidupnya ke orang banyak. Atau singkatnya terpengaruhi dengan sadar, atau justru mempengaruhi.

Jadi bagaimana, apakah kalian tim yang akan terus mencari potensi diri, atau tetap menjadi kalian yang sekarang karena inilah kalian?

Komentar