Apakah dengan Berpikir Positif Kita Jadi Tidak Kritis?

Kalian pasti gak asing dengan pembahasan bahwa pemikiran positif akan menarik hal-hal positif. Begitu juga sebaliknya, pemikiran negatif akan menarik hal-hal negatif. Sudah banyak sekali buku yang membahas hal ini, dan hampir semuanya menjadi Best Seller.

Tapi menariknya, penulis buku “Good Strategy, Bad Strategy” yang sedang aku baca justru mengkritik pemikiran tersebut. Penulis beranggapan jika seseorang menggunakan teori berpikir positif sebagai pemikiran dasar, orang tersebut akan menjadi kurang kritis.

Dia akan selalu gagal membuat rencana strategis, karena menghindar dari memikirkan masalah. Padahal untuk bisa menyusun sebuah strategi yang baik, seseorang butuh kenal dulu dengan apa masalahnya.

Sedangkan dengan menganut dasar pemikiran ‘tidak memikirkan hal negatif’ kebanyakan mereka jadi menghindari memikirkan resiko buruk dari suatu keputusan, dengan beranggapan bahwa memikirkannya hanya akan mengundang resiko tersebut datang.

Kalau dibilang setuju atau enggak? Aku bakal bilang setuju. Tapikan islam mengajarkan kita pemikiran dasar yang sama, yaitu berpikir positif. Apakah berarti aku tidak setuju dengan hal tersebut?

Aku rasa inilah indahnya islam. Islam tidak memisahkan keduanya, kita justru diajarkan untuk menyeimbangkan keduanya. Baru beberapa minggu yang lalu aku belajar tentang ‘pengaplikasian’ qodo-qodar dalam kehidupan. Dan aku rasa, sangat pas dengan pembahasan ini.

Singkatnya gini, qodo adalah sesuatu yang sudah ditetapkan olehNya dan tidak bisa diubah, sedangkan qadar adalah sesuatu (benda/kemampuan) yang Allah titipkan kepada kita, yang nilainya tergantung penggunaan.  

Qodo masuk ke dalam koridor kanan (warna hijau), yang mana sifatnya sudah tetap, tidak bisa kita ubah dan TIDAK AKAN DIHISAB. Tugas kita hanya tinggal meyakini saja. Sedangkan qodar adalah sesuatu yang Dia titipkan kepada kita, bisa berupa benda atau kemampuan, yang mana perhitungannya tergantung kita apakan titipan tersebut.

Nah, bagaimana kita menyikapi qodar ini masuk ke dalam koridor kiri atau koridor usaha (warna merah), yang mana AKAN DIHISAB. Kedua koridor ini harus dijalankan berdampingan dan bersamaan untuk bisa seimbang.

Balik lagi ke topik yang penulis buku ini bahas, kalau menurutnya teori pemikiran positif hanya akan membuat manusia tidak kritis. Sedangkan penulis buku teori pemikiran positif bilang, bahwa hanya dengan pemikiran positif lah seseorang bisa meraih kesuksesan.

Kita sebagai muslim yang sudah memahami konsep qodo-qodar tidak perlu mendebatkan keduanya. Kita hanya perlu menaruh pemikiran positif pada koridor kanan dan pemikiran kritis pada koridor kiri.

Sesimpel karena kita harus selalu berprasangka baik pada setiap keputusanNya, jadi kita berpikir positif. Dan kita diwajibkan untuk memaksimalkan usaha, dengan berpikir kritis sebagai salah satu bentuknya.

Pun seandainya sesuatu yang sedang kita tuju tersebut tidak tercapai? Gak akan masalah. Karena apa yang ada di koridor kanan kita tetap sama; keyakinan bahwa apapun keputusanNya adalah yang terbaik. Dan apa yang ada di koridor kiri atau usaha, sudah kita maksimalkan sebaik mungkin.

Konsep ini tidak menyalahi kedua pemikiran, justru menciptakan keseimbangan. Selama apa? Selama kita bisa mensejajarkan antara keyakinan pada koridor kanan dan usaha pada koridor kiri dalam praktik keseharian kita  

Komentar