Healing Sementara: Apa Gak Lelah Terus-terusan Kabur dari Realita?

Sumber: pinterest.com

Beberapa kali menemukan status dengan kalimat “Back to reality”, aku jadi suka bertanya apakah berarti selama ini hidupnya bukan realitas?

Padahal kalau mau mengaca ke diri sendiri pada saat itu, konsep ini cukup mewakilkan.  Hidupku isinya hanya menjalani hari demi hari, sekedar untuk menunggu hari libur. Lalu setelah libur selesai, rasanya seperti kembali ke ‘medan perang’.

Tanpa sadar aku telah menjalani ini selama bertahun-tahun. Sampai muncullah sebuah pertanyaan, apakah mungkin kalau kita gak perlu balik lagi ke realita yang kayaknya berat banget buat dijalanin itu?

Kebanyakan kalian mungkin akan bilang mustahil. Namanya juga hidup, ya masa kita gak hidup di realita? Balik ke realita itu pastilah, gimana bisa terus-terusan kabur? Tapi daripada kabur, kenapa tidak sekalian saja kita menghidupi realita tersebut?

“Jadi mari kita coba” jadi satu pernyataan yang akhirnya membuat aku mulai perjalanan ini.

Kita seringkali menganggap liburan sebagai ajang healing atau ‘kabur dari realita’ karena itu memang pilihan kita secara sukarela. Sehingga kita dengan senang hati bertanggung jawab atas pilihan tersebut.

Pun jika ada kesulitan di tengah-tengahnya, seperti berat saat menanjak gunung misalnya, menanjak gunungnya akan tetap disebut healing; bukan realita yang berat.

Jadi kenapa tidak begitu juga dengan hidup? 

Mengusahakan apa-apa yang ada di dalamnya memang bagian dari pilihan kita, sehingga kita akan bertanggung jawab serta dapat menikmati segala resikonya.

Mau Sekolah? Ya itu hasil pilihan kita. Mau kerja? Usahakan pekerjaan tersebut memang yang mau kita jalani. Perlu mengerjakan sesuatu secara 'terpaksa'? Pastikan hal tersebut bagian dari perjalanan kita mencapai apa yang kita inginkan. 

Memang akan tetap berat, tapi datangnya dari pilihan, bukan lagi karena ‘keterpaksaan realita’. Jadi setiap ‘berat’-nya hanya sebagai sebuah resiko, sebab kita paham kalau hal tersebut adalah realitas yang sudah kita pilih untuk kita jalani.

Konsep ini akhirnya mulai aku terapkan sejak kelas 12, dimulai dari bayangan bagaimana sekiranya hidup yang aku mau? Keseharian seperti apa yang memang aku inginkan? Pilihan-pilihan seperti apa yang akan aku jadikan realita milikku sendiri?

Di beberapa titik memang tetap harus ada yang dikorbankan, tidak semuanya bisa sesuai keinginan. Tapi setidaknya dengan paham bahwa semua ini adalah hasil pilihan yang memang ingin aku hidupi; tak ada lagi rasa ‘ingin kabur’.

Berjuang bukan lagi karena hasil, kerja keras bukan lagi karena supaya besok bisa healing; tapi memang menikmati keduanya, saat berusaha maupun saat beristirahat.

Sebagaimana aku sudah bisa mulai enjoy dengan realita yang sedang aku jalani, semoga begitu juga kalian bisa menghidupi realita yang memang ingin kalian hidupi. Jadi gak perlu ada lagi yang namanya kabur dari realita~

Sekian dulu untuk hari ini. Kalau ada kebaikan yang kalian dapat, aku akan sangat senang jika kalian juga membagikannya ke sekitar kalian. Sampai jumpa di kesempatan berikutnya!

Komentar