Merangkul Kekurangan: Jangan Jadi Orang Pertama yang Merendahkan Diri Sendiri

Sumber: pinterest.com

Kesadaran ini dimulai dari pertanyaanku soal kemampuan bahasa Turki yang rasa-rasanya tidak kunjung berkembang, “Kenapa ya udah 3 tahun di Turki, tapi aku masih belum bisa lancar berbahasa juga?”

Apalagi soal ngomong. Padahal lihat adik kelas yang baru 1-2 tahun di sini, banyak dari mereka yang udah jauh lebih lancar, gak masalah saat ada orang Turki yang ngajak ngobrol, pasti nyambung-nyambung aja jadi sebuah percakapan.

Sedangkan aku biasanya masih cukup struggle untuk sekedar jawab balik pertanyaan mereka. Rasanya susah banget buat nemuin kosakata yang tepat, padahal tau yang dibutuhin sebenarnya cuma itu-itu aja.

Jadi, apa yang salah? Kenapa aku gak kayak mereka?

Satu kesamaan yang aku temukan dari rata-rata mereka yang udah lancar ngomong di tahun pertama ataupun keduanya adalah pembawaan mereka yang memang suka ngobrol, jadi kalau ketemu orang lain pasti ada aja topik yang mereka punya buat diobrolin.

Sebuah poin yang tidak aku punya. Kataku, “Iya juga ya, aku aja bisa langsung nge-blank kalau ada orang baru yang nanya, walaupun itu pakai Bahasa Indonesia; apalagi bahasa lain, kan?”

Bukannya mencari pembenaran. Tapi aku rasa sepertinya ini adalah bagian dari sebuah penerimaan, toh setiap orang punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing, dan itu bukan sebuah kesalahan.

Proses penerimaan ini yang akhirnya membuat aku berdamai dengan keadaan. Mungkin prosesku memang berbeda dengan mereka yang dari awal punya pembawaan suka ngobrol, mereka yang udah terbiasa membicarakan topik ini dan itu meski dengan orang baru.

Jika memang begitu, maka garis start kita berbeda. Lalu kenapa pula aku harus membandingkan diri dengan mereka jika garis start kita berbeda? Bukahkah itu jadi tidak adil?

Berbeda dengan mereka yang suka mengobrol, aku lebih sering menjadikan isi kepalaku sebuah tulisan. Bahkan bisa dibilang kalau kemampuan menulisku jauh lebih lancar dari kemampuan bicaraku, apalagi jika itu dengan orang baru.  

Dari sana akhirnya aku tersadar, kalau ujung dari pertanyaan “Kenapa aku gak sehebat orang lain?” gak seharusnya adalah menyalahkan diri sendiri, melainkan mensyukuri apa yang justru ada di diri kita, tapi seringkali hal tersebut tidak ter-notice,

dan bagiku hal tersebut adalah menulis.

Jadi daripada menyalahkan diri sendiri karena tidak sama dengan ‘mereka’, aku memutuskan untuk lebih fokus mengasah apa yang aku memang dilebihkan. Sambil juga pelan-pelan belajar apa yang kurang.

Seringkali banyak dari kita yang terlalu mudah menyalahkan diri sendiri hanya karena merasa tidak sehebat orang lain, tapi lupa mengapresiasi apa-apa yang dilebihkan pada dirinya.

Padahal setiap orang pasti memiliki kelebihannya masing-masing, tinggal apakah kita mau notice kelebihan tersebut atau tidak?

Sekian dulu untuk hari ini. Kalau ada kebaikan yang kalian dapat, aku akan sangat senang jika kalian juga membagikannya ke sekitar kalian. Sampai jumpa di kesempatan berikutnya!

Komentar

  1. Sungguh rasanya kyk dipeluk lewat tulisan kakak😭 Mari kita berusaha seperti itu walau sadar mungkin tidak akan segampang itu.

    BalasHapus

Posting Komentar