Kenapa Baca Buku?

 

Pertanyaan menarik jika sudah berkaitan dengan buku. Karena sebenarnya aku bukan yang sesuka itu dengan baca sesuatu, apalagi buku. Perjalanan bacaku sendiri dimulai dengan coba-coba,

Coba-coba baca KKPK pas SD, tapi itupun cuma kebaca 3-4 buku. Coba-coba baca novel pas di pesantren, ya karena gak ada hiburan lain aja. Coba-coba baca non-fiksi, karena udah gak ada novel lagi yang bisa dibaca pas itu. Sampai akhirnya di 2021 coba-coba bikin target bacaan supaya ‘kepaksa’ mau gak mau harus luangin waktu buat baca.

Walaupun bisa dibilang aku cukup sering membaca, sampai beberapa bulan yang lalu baca buku masih tidak aku masukan sebagai bagian dari hobiku. Karena aku merasa kalau baca buku bukan untuk menghabiskan waktu luang, justru aku harus meluangkan waktu; sehingga baca buku masih jadi sebuah beban.

Pun kalau disuruh milih antara baca buku dengan aktifitas lain, kemungkinan besar aku akan memilih aktifitas lain tersebut. Seperti jalan atau baca buku? Tentu jalan. Baca buku atau nonton? Tentu nonton. Baca buku selalu jadi opsi terakhir bagiku, jika ada opsi lainnya.

Tapi kalau gitu kenapa masih dilanjutin? Kenapa masih terus baca meski gak sesuka itu sama baca? Jawabannya satu, ada rasa yang tidak pernah lepas sejak aku memulai target bacaanku; rasa memiliki teman.

Jika manusia datang dan pergi, buku selalu berhasil menjadi teman yang bertahan. Jika manusia bisa berubah, buku selalu bisa menjadi teman yang sama. Idenya tidak pernah berubah dan energi yang diberikan selalu positif.

Mungkin akan terdengar sedikit menyedihkan karena buku adalah benda mati, bagaimana bisa aku menganggap benda mati sebagai teman?

Tapi kenyatanya, sejak mengenal buku aku jadi menemukan teman diskusi yang tidak pernah mati. Sejak mulai membaca secara konsisten, aku menemukan sumber motivasi yang tidak pernah habis.

Jika kalian tanya apakah aku sesuka itu dengan baca buku? Jawabannya tetap tidak, karena sampai sekarangpun aku masih mudah bosan saat baca buku.

Tapi dengan efek sampingnya? Iya aku sesuka itu dengan ‘efek samping’ yang aku dapatkan.

Karena dengan konsisten baca buku, otak kita jadi terbiasa memproses sesuatu terus menerus secara terstruktur. Pertama karena pembahasan buku yang sudah pasti menyeluruh, dan fakta bahwa saat baca buku kita bukan hanya sekedar menyerap informasi aja, tapi juga mengolah informasi yang sebelumnya sudah kita miliki.

Jika sampai beberapa bulan yang lalu aku masih mengatakan bahwa baca buku bukan bagian dari hobiku, mungkin sekarang akan mulai aku sebut itu sebagai hobi. Karena pada akhirnya, aku mulai bisa enjoy membaca tanpa perlu menargetkannya terlebih dahulu.

Jadi untuk kalian yang juga ingin terbiasa baca buku tapi bilangnya, “Dia mah enak emang suka baca, sedangkan aku enggak”

Aku tidak datang dari seseorang yang memang suka baca buku.

Sekian dulu untuk hari ini. Kalau ada kebaikan yang kalian dapat, aku akan sangat senang jika kalian juga membagikannya ke sekitar kalian. Sampai jumpa di kesempatan berikutnya!

Komentar