Siapa yang sangka aku akan berpetualang ke 6 kota sekaligus dalam sekali
jalan? Bahkan aku sendiri pun tidak.
Selama ini aku selalu punya keinginan berpetualang ke banyak tempat baru,
termasuk ingin memaksimalkan kesempatan merantauku selama di Turki sekarag ini. Tapi
keinginan tersebut selalu beriringan dengan pertanyaan, bagaimana caranya?
Bagaimana bisa aku jalan ke banyak tempat jika aku belum berpenghasilan?
Bagaimana bisa aku bebas jalan ke sana kemari jika aku perempuan?
Iya memang bisa saja aku jalan sendiri sesuka hati, toh aku gak masalah,
tapi aku butuh teman jalan untuk bisa dapat izin Ayah. Karena ridho Allah ada
pada ridho orang tua, jadi bagaimana bisa aku akan jalan dengan tenang jika
tanpa ridho mereka, bukan?
Tapi masalahnya aku tidak pintar berteman. Temanku saja tidak banyak,
apalagi yang bisa aku ajak untuk jadi teman jalan ke luar kota, lebih sedikit
lagi kemungkinannya.
Sampai akhirnya kekhawatiran ini aku tumpahkan di atas kertas dalam bentuk
target perjalanan. Sebuah target tak masuk akal yang berisikan daftar kota-kota
di Turki, yang aku ingin kunjungi, maupun yang berkemungkinan dikunjungi karena
letaknya yang strategis.
Sambil di akhir aku tutup dengan kalimat, “Ya Allah, aku serahkan daftar
kota ini sebagai bentuk keseriusan. Jika ridho maka berikan jalan, jika tidak
maka lapangkan hati ini dalam menerimanya”
Bayangkan saja, aku menulis daftar tersebut dalam keadaan sama sekali belum
kebayang akan mencapainya dengan cara apa; teman jalan tak ada, uang pun belum
tentu ada, apa yang mau diharapkan dari keterbatasan tersebut?
Sampai akhirnya beberapa bulan kemudian tiba-tiba aku diterima menjadi
anggota sebuah organisasi yang mana sebenarnya udah gak terlalu berharap bakal
diterima karena tahun lalu aku ditolak di sana, tiba-tiba juga Ayah nawarin
pekerjaan dengan besaran gaji perjam.
Aku sebut semuanya tiba-tiba karena tanpa sadar itu semua berhasil menjawab
kekhawatiranku di awal tadi, yang mana lewat organisasi tersebut aku jadi punya
banyak teman sefrekuensi, dan dari tawaran pekerjaan tersebut aku jadi punya uang
tambahan untuk jalan.
Pada akhirnya aku tidak dibatasi oleh titelku sebagai perempuan, pun aku
tidak dibatasi oleh budget seadanya yang aku miliki; aku tetap bisa memenuhi
mimpiku mengunjungi banyak tempat meski dengan batas-batas tersebut.
Tinggal apakah aku mau dan mampu memaksimalkan kesempatan-kesempatan yang
sudah Allah berikan tersebut, atau tidak?
Karena bisa saja aku tidak aktif berteman saat diberikan kesempatan
berorganisasi, atau bisa saja kemarin aku menolak kesempatan kerja dari Ayah,
dengan alasan ingin fokus menyelesaikan kuliah terlebih dahulu.
Bisa saja, semua bisa saja sampai Allah langsung yang mengarahkan aku untuk
mengambil kesempatan-kesempatan tersebut demi menjawab setiap doa dan harapan.
Dari sini aku jadi belajar, bahwa tidak perlu takut untuk bermimpi jauh
lebih besar lagi ke depannya, toh pada akhirnya jika mimpi-mimpi tersebut kita
serahkan padaNya, Dia langsung yang akan menuntun jalannya.
Sekian dulu untuk hari ini. Kalau ada kebaikan yang kalian dapat, aku akan sangat senang jika kalian juga membagikannya ke sekitar kalian. Sampai jumpa di kesempatan berikutnya!
Komentar
Posting Komentar