Cerita Jalan 04: Tetap Bebas Meski Dalam Batas

Siapa yang sangka aku akan berpetualang ke 6 kota sekaligus dalam sekali jalan? Bahkan aku sendiri pun tidak.

Selama ini aku selalu punya keinginan berpetualang ke banyak tempat baru, termasuk ingin memaksimalkan kesempatan merantauku selama di Turki sekarag ini. Tapi keinginan tersebut selalu beriringan dengan pertanyaan, bagaimana caranya?

Bagaimana bisa aku jalan ke banyak tempat jika aku belum berpenghasilan? Bagaimana bisa aku bebas jalan ke sana kemari jika aku perempuan?

Iya memang bisa saja aku jalan sendiri sesuka hati, toh aku gak masalah, tapi aku butuh teman jalan untuk bisa dapat izin Ayah. Karena ridho Allah ada pada ridho orang tua, jadi bagaimana bisa aku akan jalan dengan tenang jika tanpa ridho mereka, bukan?

Tapi masalahnya aku tidak pintar berteman. Temanku saja tidak banyak, apalagi yang bisa aku ajak untuk jadi teman jalan ke luar kota, lebih sedikit lagi kemungkinannya.

Sampai akhirnya kekhawatiran ini aku tumpahkan di atas kertas dalam bentuk target perjalanan. Sebuah target tak masuk akal yang berisikan daftar kota-kota di Turki, yang aku ingin kunjungi, maupun yang berkemungkinan dikunjungi karena letaknya yang strategis.

Sambil di akhir aku tutup dengan kalimat, “Ya Allah, aku serahkan daftar kota ini sebagai bentuk keseriusan. Jika ridho maka berikan jalan, jika tidak maka lapangkan hati ini dalam menerimanya”

Bayangkan saja, aku menulis daftar tersebut dalam keadaan sama sekali belum kebayang akan mencapainya dengan cara apa; teman jalan tak ada, uang pun belum tentu ada, apa yang mau diharapkan dari keterbatasan tersebut?

Sampai akhirnya beberapa bulan kemudian tiba-tiba aku diterima menjadi anggota sebuah organisasi yang mana sebenarnya udah gak terlalu berharap bakal diterima karena tahun lalu aku ditolak di sana, tiba-tiba juga Ayah nawarin pekerjaan dengan besaran gaji perjam.

Aku sebut semuanya tiba-tiba karena tanpa sadar itu semua berhasil menjawab kekhawatiranku di awal tadi, yang mana lewat organisasi tersebut aku jadi punya banyak teman sefrekuensi, dan dari tawaran pekerjaan tersebut aku jadi punya uang tambahan untuk jalan.

Pada akhirnya aku tidak dibatasi oleh titelku sebagai perempuan, pun aku tidak dibatasi oleh budget seadanya yang aku miliki; aku tetap bisa memenuhi mimpiku mengunjungi banyak tempat meski dengan batas-batas tersebut.  

Tinggal apakah aku mau dan mampu memaksimalkan kesempatan-kesempatan yang sudah Allah berikan tersebut, atau tidak?

Karena bisa saja aku tidak aktif berteman saat diberikan kesempatan berorganisasi, atau bisa saja kemarin aku menolak kesempatan kerja dari Ayah, dengan alasan ingin fokus menyelesaikan kuliah terlebih dahulu.

Bisa saja, semua bisa saja sampai Allah langsung yang mengarahkan aku untuk mengambil kesempatan-kesempatan tersebut demi menjawab setiap doa dan harapan.

Dari sini aku jadi belajar, bahwa tidak perlu takut untuk bermimpi jauh lebih besar lagi ke depannya, toh pada akhirnya jika mimpi-mimpi tersebut kita serahkan padaNya, Dia langsung yang akan menuntun jalannya.

Sekian dulu untuk hari ini. Kalau ada kebaikan yang kalian dapat, aku akan sangat senang jika kalian juga membagikannya ke sekitar kalian. Sampai jumpa di kesempatan berikutnya!

Komentar