Aku termasuk tipe yang kurang suka sesuatu berulang. Entah itu nonton film,
baca buku, ataupun berkunjung ke suatu tempat, kalau misalkan udah pernah, ya udah,
mending coba sesuatu yang baru lagi.
Di satu sisi mungkin ini hal bagus, karena kurang sukanya aku melakukan hal
yang sama berulang kali, membuat aku jadi terbiasa mencoba banyak hal baru.
Tapi sayangnya ini juga berlaku ke gimana aku menerima informasi, termasuk
pelajaran.
Gak cuma sekali dua kali aku mendengar nasihat bahwa adab yang baik dalam
mendengarkan seseorang yang sedang menjelaskan sesuatu yang sudah kita tahu adalah
seakan-akan kita belum pernah mendengar hal tersebut dari manapun sebelumnya.
Jadi kita mendengarkan dengan seksama, seakan-akan hal tersebut baru bagi
kita, atau singkatnya menjadi gelas kosong.
Tapi sayangnya aku tidak begitu. Setiap ada seseorang yang bahas sesuatu
yang sudah aku tahu sebelumnya, bawaanku dalam hati adalah ngejawab, atau
setidaknya membanding-bandingkan dengan apa yang sudah aku tahu sebelumnya.
Apakah berarti aku termasuk tidak beradab karena tidak bisa menjadi ‘gelas
kosong’ tersebut?
Entah jawabannya iya atau tidak, tapi aku baru aja belajar sesuatu beberapa waktu
yang lalu, tentang bagaimana seseorang yang membagi catatannya menjadi 2 jenis
saat sedang belajar sesuatu: catatan teori dan evaluasi.
Catatan teori isinya adalah teori yang sedang kita pelajari dari sumber
tertentu, sedangkan catatan evaluasi bentuknya adalah poin-poin evaluasi kita
terhadap diri kita sendiri atas teori yang sedang kita pelajari.
Apakah kita sudah mempraktekan hal tersebut? Sejauh mana kita sudah
mempraktekannya? Apa yang bisa kita tingkatkan lagi kedepannya? Apa yang perlu
kita tambah atau kurangi?
Lalu aku merasa, sepertinya ini adalah sebuah solusi untuk aku yang gak betah
dengerin hal yang sama berulang kali. Aku bisa belajar untuk menyerap ulang materi
tersebut dengan konsep berbeda; yaitu evaluasi terhadap diri sendiri.
Seringkali aku gak anggap serius sebuah nasihat yang aku rasa aku sudah
paham, toh udah tahu ini. Tapi dengan membuat catatan evaluasi, atau setidaknya
reaksi pertama kita atas nasihat tersebut adalah pertanyaan, “Sudah sejauh mana
kita mengimplementasikannya?”.
Kita akan secara aktif menyerap kembali nasihat tersebut. Jadi meski nasihatnya
sama, namun input yang kita dapatkan akan berbeda.
Sekian dulu untuk hari ini. Kalau ada kebaikan yang kalian dapat, aku akan sangat senang jika kalian juga membagikannya ke sekitar kalian. Sampai jumpa di kesempatan berikutnya!
Komentar
Posting Komentar