Kalau kita melihat ke belakang, banyak ahli sejarah yang mengatakan bahwa
kemenangan orang-orang Arab dahulu atas dua imperium besar; Roma dan Persia
adalah sebuah keberuntungan.
Tapi kita sebagai muslim tentu tahu, bahwa penyebabnya bukan sekedar
keberuntungan ataupun keajaiban, melainkan iman.
Iman yang berhasil tumbuh melalui perantara Al-quran, sebab dari sanalah
Allah menyampaikan firmanNya. Tapi dengan Al-quran yang sama, kenapa
kebangkitan tersebut tidak terlihat sekarang?
Kenapa kuatnya islam seperti dahulu tetap belum terlihat, disaat tidak
sedikit setiap tahunnya Indonesia mencetak para hafidz/ah quran?
Jawabannya baru aja dibahas di episode terakhir podcast “Reconnect with
Al-Quran”nya YukNgaji. Kesimpulan yang aku dapatkan adalah kebanyakan dari kita
seringkali merasa bahwa menyelesaikan hafalan quran adalah sebuah tujuan akhir,
sehingga merasa sudah selesai jika Al-quran sudah dihafal.
Padahal menghafal Al-quran hanyalah langkah awal saja dalam membangun
hubungan kita dengan Al-quran. Fungsi utama Al-quran sendiri tetap adalah huda,
atau petunjuk, maka sudah sepatutnya kita menempatkan Al-quran seperti itu.
Untuk bisa menempatkannya sebagai petunjuk tentu kita perlu pemahaman yang
lebih mendalam, entah itu melalui pemahaman bahasa arab yang cukup, sejarah
diturunkannya sebuah ayat, atau bahkan sampai ilmu tafsir itu sendiri.
Tapi sayangnya kebanyakan dari kita tidak pernah ditanamkan nilai tersebut;
seberapa pentingnya mempelajari hal agama hanya karena kita seorang muslim,
merasa bahwa mempelajari hal-hal seperti itu hanyalah milik mereka yang
‘agamis’ saja.
Aku sendiri termasuk yang pernah punya pandangan negatif terhadap mereka
yang punya hafalan Al-quran, karena bukankah seharusnya mereka yang memberikan
contoh akhlak baik terhadap kita yang masih awam? Tapi yang aku lihat saat itu
tidak.
Dibanding rendah hati, aku lebih melihat mereka membanggakan hafalannnya.
Dibanding menunjukan akhlak baik, aku malah melihat mereka merasa lebih tinggi
dibanding yang lain.
Iya tidak semua penghafal quran seperti itu, tapi setidaknya begitulah yang
aku lihat di sekitarku saat itu.
Sampai akhirnya aku menemukan indahnya Al-quran justru lewat kakak-kakak
yang baru saja hijrah, yang hafalan qurannya belum seberapa, tapi sudah
berhasil mempraktikan sedikit-dikitnya ilmu yang mereka miliki.
Dari sanalah akhirnya aku sadar bahwa yang terpenting dari Al-quran bukanlah
banyaknya hafalan, melainkan banyaknya pelajaran yang bisa kita ambil dan
praktikan dari Al-quran itu sendiri.
Jadi doanya, semoga kita bisa jadi bagian dari mereka yang menjadikan
Al-quran sebagai pedoman, bukan sekedar bacaan saja.
Sekian dulu untuk hari ini. Kalau ada kebaikan yang kalian dapat, aku akan sangat senang jika kalian juga membagikannya ke sekitar kalian. Sampai jumpa di kesempatan berikutnya!
Komentar
Posting Komentar