“Dalam Al-quran bulan Ramadhan hanya disebutkan sekali, itupun disandingkan
dengan Al-quran, bukan puasa. Maka lebih tepat jika Ramadhan kita sebut sebagai
bulannya quran, dan perintah berpuasa adalah bagian darinya.”
Sebuah penggambaran seberapa terkaitnya bulan Ramadhan dengan Al-quran, yang
udah beberapa kali aku dengar dari Ustad Felix.Tapi kemarin di salah satu
podcast, beliau juga menambahkan kalimat ini dengan sebuah perumpamaan,
“Pernah gak saking exitednnya kita ngelakuin sesuatu sampai-sampai lupa
makan? Entah itu main bola, game, nonton drakor, atau apapun itu?
Pasti pernah!”
Semisal itulah seharusnya pandangan kita terhadap perintah berpuasa di bulan
Ramadhan, saking exitednya kita berkutat dengan Al-quran, sampai-sampai gak
makan dan gak minum bukan lagi jadi masalah.
Ini cukup menarik karena sangat berbeda dari sudut pandang kebanyakan dari
kita yang biasa melihat berpuasa sebagai beban, bukannya rahmat.
Tapi bayangkan jika tidak makan dan minumnya kita disebabkan oleh rasa
antusias atas sesuatu, bukankah seharusnya kita senang? Sebab kita jadi
punya waktu lebih banyak untuk melakukan hal tersebut.
Walaupun iya konteks puasa tetaplah perintah wajib —bukan
seperti lupa makan dan minum saat terlalu fokus main— tapi
jika kita jadikan ini sebagai sudut pandang dalam melihat perintah puasa
selama bulan Ramadhan, bukankah akan jauh lebih mudah?
Di tahun inilah aku sadar bahwa ada yang lebih penting dari sekedar
memperbanyak interaksi dengan Al-quran, tapi juga tentang bagaimana menumbuhkan
keantusiasanku di dalamnya.
Aku akui aku termasuk yang belum betah berlama-lama dengan Al-quran, maka
sebiasa mungkin aku akali dengan hal lain.
Jadi daripada maksain tilawah banyak dengan hati dan fisik yang menolak, bagiku
sekarang memastikan bisa bersama dengan Al-quran dengan hati yang lapang
menjadi lebih penting.
Bukan berarti aku menyalahkan orang yang tetap ingin memaksakan diri
memperbanyak bacaan Al-quran, toh aku tetap mengusahakannya. Tapi poinku adalah
tak selamanya kebersamaan dengan Al-quran harus berbentuk tilawah atau hafalan saja,
masih ada banyak cara lain.
Seperti dengar podcast yang membahas ayat misalnya, atau nonton kajian
tafsir, atau sekedar mentadaburi ayat quran. Asal apa? Asal ada konsistensi
waktu yang mau kita habiskan di sana.
Sekarang sudah ada banyak kajian, kelas, ataupun podcast yang bisa kita
jadikan sumber, tinggal cari saja mana sekiranya yang cocok dengan style
belajar kita.
Jadi semoga dengan tumbuhnya rasa antusias kita terhadap Al-quran, ke
depannya waktu yang kita habiskan bersama Al- quran bisa selalu dalam keadaan hati
yang lapang, bukan karena keterpaksaan memenuhi target khatam saja.
Aamiin yaa rabb.
Sekian dulu untuk hari ini. Kalau ada kebaikan yang kalian dapat, aku akan sangat senang jika kalian juga membagikannya ke sekitar kalian. Sampai jumpa di kesempatan berikutnya!
Komentar
Posting Komentar