Sudut Pandangku Soal Ramadhan Berubah Total Tahun Ini

Source: pinterest.com

“Dalam Al-quran bulan Ramadhan hanya disebutkan sekali, itupun disandingkan dengan Al-quran, bukan puasa. Maka lebih tepat jika Ramadhan kita sebut sebagai bulannya quran, dan perintah berpuasa adalah bagian darinya.”

Sebuah penggambaran seberapa terkaitnya bulan Ramadhan dengan Al-quran, yang udah beberapa kali aku dengar dari Ustad Felix.Tapi kemarin di salah satu podcast, beliau juga menambahkan kalimat ini dengan sebuah perumpamaan,

“Pernah gak saking exitednnya kita ngelakuin sesuatu sampai-sampai lupa makan? Entah itu main bola, game, nonton drakor, atau apapun itu?

Pasti pernah!”

Semisal itulah seharusnya pandangan kita terhadap perintah berpuasa di bulan Ramadhan, saking exitednya kita berkutat dengan Al-quran, sampai-sampai gak makan dan gak minum bukan lagi jadi masalah.

Ini cukup menarik karena sangat berbeda dari sudut pandang kebanyakan dari kita yang biasa melihat berpuasa sebagai beban, bukannya rahmat.

Tapi bayangkan jika tidak makan dan minumnya kita disebabkan oleh rasa antusias atas sesuatu, bukankah seharusnya kita senang? Sebab kita jadi punya waktu lebih banyak untuk melakukan hal tersebut.

Walaupun iya konteks puasa tetaplah perintah wajib bukan seperti lupa makan dan minum saat terlalu fokus main— tapi jika kita jadikan ini sebagai sudut pandang dalam melihat perintah puasa selama bulan Ramadhan, bukankah akan jauh lebih mudah?

Di tahun inilah aku sadar bahwa ada yang lebih penting dari sekedar memperbanyak interaksi dengan Al-quran, tapi juga tentang bagaimana menumbuhkan keantusiasanku di dalamnya.

Aku akui aku termasuk yang belum betah berlama-lama dengan Al-quran, maka sebiasa mungkin aku akali dengan hal lain.

Jadi daripada maksain tilawah banyak dengan hati dan fisik yang menolak, bagiku sekarang memastikan bisa bersama dengan Al-quran dengan hati yang lapang menjadi lebih penting.

Bukan berarti aku menyalahkan orang yang tetap ingin memaksakan diri memperbanyak bacaan Al-quran, toh aku tetap mengusahakannya. Tapi poinku adalah tak selamanya kebersamaan dengan Al-quran harus berbentuk tilawah atau hafalan saja, masih ada banyak cara lain.

Seperti dengar podcast yang membahas ayat misalnya, atau nonton kajian tafsir, atau sekedar mentadaburi ayat quran. Asal apa? Asal ada konsistensi waktu yang mau kita habiskan di sana.

Sekarang sudah ada banyak kajian, kelas, ataupun podcast yang bisa kita jadikan sumber, tinggal cari saja mana sekiranya yang cocok dengan style belajar kita.

Jadi semoga dengan tumbuhnya rasa antusias kita terhadap Al-quran, ke depannya waktu yang kita habiskan bersama Al- quran bisa selalu dalam keadaan hati yang lapang, bukan karena keterpaksaan memenuhi target khatam saja.

Aamiin yaa rabb.

Sekian dulu untuk hari ini. Kalau ada kebaikan yang kalian dapat, aku akan sangat senang jika kalian juga membagikannya ke sekitar kalian. Sampai jumpa di kesempatan berikutnya!

 

Komentar