Makna sekuler sendiri adalah memisahkan antara perkara dunia dengan perkara
akhirat. Tapi seringkali cap sekuler ini hanya berlaku bagi mereka yang fokus
terhadap urusan dunia saja dan meninggalkan akhiratnya, lalu bagaimana dengan
sebaliknya?
Memang kalimat “kejarlah akhirat maka dunia akan mengikuti” benar adanya,
tapi masih banyak yang mengartikan bahwa makna akhirat pada kalimat ini adalah
“mempelajari ilmu agama”, sehingga jika bukan ilmu agama, seakan-akan kita
tidak sedang mengejar akhirat.
Dengan pemikiran ini, apa bedanya dengan konsep pemikiran sekuler yang
mengatakan bahwa urusan dunia dan akhirat terpisah. Padahal yang kita rasa
‘ilmu dunia’ pun jika kita pelajari dengan niat yang benar, hal tersebut bisa
termasuk bagian dari ibadah.
Salah satu pengaruh dari memiliki pola pikir ini adalah merasa cukup jika
sudah memiliki ilmu agama, tanpa merasa perlu mempelajari ilmu umum juga. Atau
lebih parahnya, sampai merasa dirinya lebih tinggi dibanding mereka yang
mempelajari ilmu umum.
Memisahkannya seperti ini akan sama saja dengan mereka yang hanya belajar
ilmu dunia tanpa merasa harus mempelajari ilmu agama; toh keduanya terpisah?
Padahal kalau mau mencontoh zaman keemasan islam dulu, banyak dari ulama
yang menguasai ilmu agama, juga menguasai ilmu umum. Mereka tidak memisahkannya
satu sama lain. Bukankah begitu juga sikap yang seharusnya kita ambil?
Karena hanya memahami dunia dari sudut pandang agama bisa berujung
merendahkan agama islam itu sendiri, sebab tidak bisa logis dalam menjawab
persoalan-persoalan di luar itu.
Misal contohnya, waktu itu ada yang bertanya ke salah satu ustad tentang
persoalan evolusi, lalu dengan gamblangnya si ustad ini menjawab bahwa evolusi
itu salah, jelas-jelas sesat, sampai mengatakan itu adalah ilmu dajjal karena
mengatakan manusia dari kera.
Iya memang benar salah untuk bagian manusia dari kera, tapi untuk evolusinya
sendiri? Sudah ada banyak penelitian yang mebuktikan bahwa teori evolusi benar
adanya dan terjadi kepada makhluk hidup.
Lalu akan ditertawakan seperti apa islam, jika muslimnya langsung
menyalahkan teori evolusi secara keseluruhan?
Bukan berarti aku mengatakan bahwa ustad ini sekuler, pun aku gak
menyalahkan ustadnya atau merasa lebih tinggi dari ustad tersebut, hanya ingin
mengambil pelajaran dari bagian ini. Bahwa tingginya pengetahuan kita atas ilmu
agama tidak seharusnya menjadikan rendah ilmu lainnya.
Dari sini aku jadi belajar, untuk lebih berhati-hati dalam menggunakan
sedikit-dikitnya ilmu agama yang kita miliki saat ini. Jangan sampai karenanya
kita jadi merendahkan ilmu lain yang sebenarnya tidak kita pahami
keseluruhannya, secara sengaja ataupun tidak.
Pun begitu juga dengan kita yang fokus belajarnya pada ilmu umum, jangan
sampai merasa ilmu agama hanya milik mereka yang kuliah jurusan ‘keislaman’.
Sebab kita semua memiliki hak yang sama atas ilmu tersebut.
Sekian dulu untuk hari ini. Kalau ada kebaikan yang kalian dapat, aku akan sangat senang jika kalian juga membagikannya ke sekitar kalian. Sampai jumpa di kesempatan berikutnya!
Komentar
Posting Komentar