Membuat konten adalah suatu hal yang melibatkan orang lain, terutama pada
pencapaian yang didapat dari konten tersebut.
Secara teori aku paham bahwa nilai diri kita tidak terikat dengan pencapaian
yang kita miliki. Misal saat sebuah konten yang kita buat mendapatkan
pencapaian tinggi, bukan berarti nilai diri kita tinggi, begitu juga
sebaliknya.
Iya mudah saja dikatakan sebagai teori, tapi ternyata prakteknya tidak
semudah itu. Seperti aku yang masih sering mengaitkan diri dengan jumlah
pembaca, atau aku sebelum ini yang masih suka mengaitkan diri dengan jumlah
viewers dan like.
Makanya dari dulu aku lebih suka berbagi story aja di instagram
–apalagi sebelum story ada “like”nya– daripada post dan reels.
Karena bagiku yang penting aku berbagi, terserah aja apa kata orang.
Tapi makin ke sini aku mulai sadar, bahwa cepat atau lambat, aku –sebagai orang marketing– akan segera masuk ke
dunia ‘social digital’ ini, jadi kenapa gak sekalian saja aku pelajari
dari sekarang?
Maka mulailah aku kemarin menulis blog dan rutin share konten di Instagram.
Pelajaran terbesar yang aku dapatkan dan masih terus aku pelajari sampai
sekarang adalah bagaimana memisahkan nilai diri dengan nilai konten; jangan
sampai saat pencapaian kontennya bagus mood kita ikut bagus, sedangkan saat
pencapaiannya jelek mood kita ikut jelek.
Dari nonton videonya Zahid aku jadi tahu bahwa perasaan ini wajar, karena dia
atau bahkan sebagaian besar content creator lain juga pernah
merasakannya, dan salah satu solusi yang ditawarkan adalah dengan melihat hasil
menggunakan logika, bukan rasa.
Untuk bisa merealisasikannya berarti kita perlu memberi jarak antara diri kita
sendiri dengan konten tersebut. Baru saat ‘keterikatan emosional’ yang kita
miliki sudah hilang, lihat kembali konten tersebut sebagai karya saja, yang sudah
tidak ada hubungannya dengan diri kita.
Dengan begitu saat hasil kontennya cukup baik, kita bisa apresiasi konten
tersebut sebagai sebuah karya, sedangkan saat hasilnya belum cukup baik, kita
bisa evaluasi dan pelajari, tanpa melibatkan rasa yang membuat seakan-akan
karya tersebut adalah bagian dari diri kita.
Konsep ini tidak hanya bisa dipraktekan pada konten, tapi juga apapun yang
ada di dalam kehidupan kita; capaian target, jabatan, atau bahkan nilai ujian.
Kita perlu memahami bahwa nilai diri kita tidak ada hubungannya sama sekali
dengan besarnya angka di atas kertas.
Dengan belajar memisahkan antara keduanya, kita akan jadi bisa lebih logis
dalam menilai sesuatu, serta lebih lapang dalam menerima ketetapanNya.
Sekian dulu untuk hari ini. Kalau ada kebaikan yang kalian dapat, aku akan sangat senang jika kalian juga membagikannya ke sekitar kalian. Sampai jumpa di kesempatan berikutnya!
Komentar
Posting Komentar