Hari kedua di Georgia kita pilih bus malam untuk lanjut dari kota Batumi ke
Tbilisi. Tujuannya jelas, untuk menghemat waktu dan biaya; gak akan makan waktu
jalan-jalan kita saat matahari terbit, dan gak perlu bayar sewa penginepan 1
malam.
Pas itu kita pergi sekitaran jam 9 menuju terminal, yang mana masih harus
nunggu 3 jam lagi karena bus kita bakal berangkat jam 12 malam. Di tengah
nunggu tersebut kita sempat disapa oleh orang Filipina, yang berakhir ngobrol
panjang lebar.
Dia bilang ini udah ke 5 kalinya dia jalan ke Georgia, beberapa kali ke
Turki, dan entah berapa banyak negara lainnya yang udah dia kunjungin. Pas kita
tanya kenapa dia bisa sesuka itu sama jalan? Jawabannya cukup menarik.
Katanya jalan bukan sekedar untuk mencari pengalaman, tapi juga ada sejarah di
dalamnya. Sambil jalan, sambil juga dia mau menelusuri sejarah-sejarah yang terkandung
dalam berbagai kitab suci yang dia percayai (btw dia bukan islam, dia sempet
nyebut bible, al-quran juga, tapi lupa nama kitab yang lainnya).
Dia percaya, dengan jawaban-jawaban yang akan dia temukan dalam
perjalanannya menelususri dunia, dia akan bisa meyakinkan teman-temannya yang
atheis bahwa tuhan itu benar-benar ada.
Dari sini aku jadi berpikir, bagaimana dengan kita yang sebagian besar isi
kitab sucinya adalah sejarah?
Kenapa sedikit sekali dari kita yang tertarik untuk membahas penelusuran
ini. Membahas bahwa jalan-jalan tidak selalu tentang menghabiskan uang dan
waktu, tapi juga menguatkan iman.
Pemikiran ini cukup menjawab kekhawatiranku yang selama ini masih suka
mempertanyakan apakah kesukaanku atas jalan-jalan ini benar? Seringkali aku
masih suka bertanya, apa jangan-jangan alasan “untuk mengagumi ciptaanNya”
hanya sekedar pembenaran saja?
Tapi tidak lagi setelah mendengar kisah orang Filipina yang kita temui di
terminal malam itu. Jika dengan jalan-jalan dia bisa menguatkan imannya, kenapa
tidak dengan kita?
Toh dengan jalan sabarku terlatih, pandanganku meluas, bahkan syukurku
bertambah; ada banyak rasa syukur yang baru terasa saat sedang
berpetualang dan keluar dari zona nyaman.
Jika begitu adanya, bukankah tak ada yang sia-sia dari sebuah perjalanan?
Hari itu aku tak lagi meragukan kesukaanku atas jalan-jalan, aku bisa yakin
bahwa berpetualang bukanlah hal yang sia-sia. Malam itu juga aku menjadi yakin
bahwa alasan “untuk mengagumi ciptaanNya” bukan hanya sebuah pembenaran,
melainkan bentuk lain dari merawat iman.
Sekian dulu untuk hari ini. Kalau ada kebaikan yang kalian dapat, aku akan sangat senang jika kalian juga membagikannya ke sekitar kalian. Sampai jumpa di kesempatan berikutnya!
Komentar
Posting Komentar