![]() |
Source: pinterest.com |
Waktu di bus perjalanan ke
Trabzon kemarin aku sempat dapat pesan masuk yang isinya tawaran jadi kadiv
acara Winter Camp Madrasah Fatih. Untuk konteks, Madrasah Fatih sendiri adalah
komunitas Al-Quran, yang keberadaannya juga bisa dibilang sebagai wadah
dakwah.
Makanya satu-satunya yang
ada di kepalaku saat itu adalah nasihat sajangnim yang pernah bilang, “Apapun
untuk dakwah, iyain dulu aja. Kalo gak bisa ya belajar sambil dijalanin”.
Akupun iyain tawaran
tersebut tanpa mikir dua kali; riil semenit setelah tawarannya masuk, aku iyain
itu tawaran.
Tapi gak lama setelahnya
aku langsung panik… lah emang aku bisa?
Karena bahkan aku sendiri
gak paham berdasarkan apa orang-orang bisa saranin namaku jadi kadiv acara
sebuah event, secara aku aja belum punya banyak pengalaman
organisasi; atau mungkin karena udah gak ada yang lain makanya aku jadi opsi?
Entahlah apapun itu
alasannya, aku rasa ini sudah bagain dari kurikulum pembelajaranku dariNya;
setidaknya begitu pikirku sekarang.
Kalau dibilang belum punya
banyak pengalaman organisasi, buktinya bisa dilihat sendiri dari rapat
pertamaku kemarin. Aku yang gugup padahal cuma mimpin rapat online di depan 5
orang, sampe nge-freeze gak bisa berkata-kata padahal udah aku coba
susun serapih mungkin di kepala.
Banyak banget proses baru
yang aku jalanin di perjalanan ini. Bahkan gak cuma sekali dua kali rasanya aku
mau nyerah aja karena merasa gak capable. Tapi ada satu mindset yang
cukup nguatin aku sampai akhirnya bisa sampai di titik enjoy ini,
“Toh aku sedang belajar,
gak mungkin langsung sempurna kan, jadi ayo mending kita belajar terima
prosesnya”
Jadi daripada pusing,
kenapa gak sekalian aja kita bawa enjoy?
Entah aku harus sedih atau
malah bersyukur jalanin amanah ini saat liburan: pagiku dibuka dengan brainstorming ide
sambil jalan menuju destinasi, sorenya di bus perjalanan pulang nyiapin bahan
untuk bahasan rapat, malamnya di penginepan rapat sambil masak makan malam.
Siklus ini terus berulang sepanjang perjalanan.
Untuk beberapa orang
mungkin akan menganggap ini cukup menyedihkan, karena liburanku jadi terganggu.
Tapi setelah aku lihat lagi ke belakang, aku rasa ini yang terbaik.
Sebab aku merasakan
“keputusasaanku sebagai kadiv yang gak capable” sambil enjoy jalan-jalan,
bukan berdiam diri di rumah yang pasti akan berakhir overthinking.
Dari sini aku jadi
belajar, ternyata aku bisa kok “kerja” sambil masih enjoy dengan perjalananku;
aku bisa kok “liburan” sambil juga menyelesainkan tanggung jawabku.
Ternyata jalan gak
ngehalangin aku untuk kerja, pun jalan gak ngehalangin aku untuk berdakwah.
Semuanya tetap bisa aku jalani secara bersamaan.
Benar kata sajangnim,
iyain aja dulu, abistu belajar. Iya memang prosesnya gak akan mudah, tapi kalau
setiap ada kesempatan kita tolak dengan alasan gak bisa, kapan bisanya,
bukan?
Sekian dulu untuk hari
ini. Kalau ada kebaikan yang kalian dapat, aku akan sangat senang jika kalian
juga membagikannya ke sekitar kalian. Sampai jumpa di kesempatan berikutnya!
Komentar
Posting Komentar