Cerita Jalan 02: “Kerja” Sambil Jalan

Source: pinterest.com

Waktu di bus perjalanan ke Trabzon kemarin aku sempat dapat pesan masuk yang isinya tawaran jadi kadiv acara Winter Camp Madrasah Fatih. Untuk konteks, Madrasah Fatih sendiri adalah komunitas Al-Quran, yang keberadaannya juga bisa dibilang sebagai wadah dakwah.

Makanya satu-satunya yang ada di kepalaku saat itu adalah nasihat sajangnim yang pernah bilang, “Apapun untuk dakwah, iyain dulu aja. Kalo gak bisa ya belajar sambil dijalanin”.

Akupun iyain tawaran tersebut tanpa mikir dua kali; riil semenit setelah tawarannya masuk, aku iyain itu tawaran.

Tapi gak lama setelahnya aku langsung panik… lah emang aku bisa?

Karena bahkan aku sendiri gak paham berdasarkan apa orang-orang bisa saranin namaku jadi kadiv acara sebuah event, secara aku aja belum punya banyak pengalaman organisasi; atau mungkin karena udah gak ada yang lain makanya aku jadi opsi?

Entahlah apapun itu alasannya, aku rasa ini sudah bagain dari kurikulum pembelajaranku dariNya; setidaknya begitu pikirku sekarang.

Kalau dibilang belum punya banyak pengalaman organisasi, buktinya bisa dilihat sendiri dari rapat pertamaku kemarin. Aku yang gugup padahal cuma mimpin rapat online di depan 5 orang, sampe nge-freeze gak bisa berkata-kata padahal udah aku coba susun serapih mungkin di kepala.  

Banyak banget proses baru yang aku jalanin di perjalanan ini. Bahkan gak cuma sekali dua kali rasanya aku mau nyerah aja karena merasa gak capable. Tapi ada satu mindset yang cukup nguatin aku sampai akhirnya bisa sampai di titik enjoy ini,

“Toh aku sedang belajar, gak mungkin langsung sempurna kan, jadi ayo mending kita belajar terima prosesnya”

Jadi daripada pusing, kenapa gak sekalian aja kita bawa enjoy?

Entah aku harus sedih atau malah bersyukur jalanin amanah ini saat liburan: pagiku dibuka dengan brainstorming ide sambil jalan menuju destinasi, sorenya di bus perjalanan pulang nyiapin bahan untuk bahasan rapat, malamnya di penginepan rapat sambil masak makan malam. Siklus ini terus berulang sepanjang perjalanan.

Untuk beberapa orang mungkin akan menganggap ini cukup menyedihkan, karena liburanku jadi terganggu. Tapi setelah aku lihat lagi ke belakang, aku rasa ini yang terbaik.

Sebab aku merasakan “keputusasaanku sebagai kadiv yang gak capable” sambil enjoy jalan-jalan, bukan berdiam diri di rumah yang pasti akan berakhir overthinking.

Dari sini aku jadi belajar, ternyata aku bisa kok “kerja” sambil masih enjoy dengan perjalananku; aku bisa kok “liburan” sambil juga menyelesainkan tanggung jawabku.

Ternyata jalan gak ngehalangin aku untuk kerja, pun jalan gak ngehalangin aku untuk berdakwah. Semuanya tetap bisa aku jalani secara bersamaan.

Benar kata sajangnim, iyain aja dulu, abistu belajar. Iya memang prosesnya gak akan mudah, tapi kalau setiap ada kesempatan kita tolak dengan alasan gak bisa, kapan bisanya, bukan? 

Sekian dulu untuk hari ini. Kalau ada kebaikan yang kalian dapat, aku akan sangat senang jika kalian juga membagikannya ke sekitar kalian. Sampai jumpa di kesempatan berikutnya!

 

Komentar