https://pin.it/6UogE2q
Sejak kecil yang aku pahami dari doa adalah untuk meminta. Udah, sebatas itu. Sampai akhirnya semakin besar aku mulai mempertanyakan, kenapa cara kerja doa berseberangan dengan cara kerja takdir ya? Aku diperbolehkan meminta di dalam doa, tapi di lain sisi takdirku sudah digariskan akan seperti apa.
Jadi kalau begitu, apa fungsi aku berdoa?
Setelah belajar aku jadi paham, ternyata keduanya berada dalam 2 koridor yang berbeda: doa berada dalam koridor usaha, sedangkan takdir berada dalam koridor keyakinan. Jika doa bisa kita usahakan, takdir bukanlah sesuatu yang bisa kita usahakan.
Awalnya aku gak setuju dengan konsep ini. Karena jika benar, rasa-rasanya tetap saja doa seperti tidak memiliki fungsi, karena kalah dengan takdir yang sifatnya sudah pasti. Tapi ternyata jawabannya ada pada sudut pandangku yang salah dalam memandang dunia, bukan konsep doa yang paradoks dengan takdir.
Jika doa masih kita gunakan hanya untuk memenuhi keinginan, artinya dunia masih kita anggap sebagai tujuan. Sebab jadi ada batas di sana. Jika keinginan kita tidak tercapai, berarti doa kita tidak dikabulkan.
Padahal Allah sudah berjanji bahwa doa setiap hambaNya akan dikabulkan. Entah itu sekarang, nanti, atau dikabulkan dalam bentuk yang berbeda.
Namun sayangnya karena kita terlalu fokus pada keinginan, standar terkabul atau tidaknya doa kita jadi berada pada kesesuaian antara bentuk serta waktu terkabulnya keinginan dengan doa: kita akan beranggapan bahwa doa kita tidak terkabul, jika tidak berbentuk sesuai dengan keinginan kita.
Berbeda jika akhirat yang kita jadikan tujuan. Kita akan paham bahwa semua yang ada di dunia ini adalah sebuah sarana. Doa tidak lagi menjadi alat untuk memenuhi keinginan kita. Sebab apapun yang kita dapatkan, entah itu sesuai doa atau tidak, yang terpenting adalah memastikan bahwa hal tersebut —benda atau kejadian— yang kita dapatkan akan kita gunakan untuk mendekatkan kita kepada tujuan, yaitu akhirat.
Tapi apakah kita jadi tidak memintakan keinginan kita lagi dalam doa? Tidak juga.
Karena justru meminta dalam doa adalah sebuah bentuk ibadah. Sebuah bentuk penghambaan kita kepadaNya, pengakuan bahwa kita lemah dan butuh Dia, bahwa kita bukanlah makhluk yang sombong dihadapanNya; makanya doa termasuk sesuatu yang selalu bisa kita usahakan.
Sedangkan untuk hasilnya? Masuk ke dalam bab takdir, yang mana harus kita imani. Toh Allah sudah berjanji setiap doa pasti dikabulkan, hanya saja tidak selalu dalam bentuk yang kita inginkan.
“Tapi ada yang bilang kalau doa bisa merubah takdir. Itu gimana?” Aku sendiri kurang paham untuk ini. Tapi di luar apakah doa bisa merubah takdir atau tidak, aku ingin menyampaikan bahwa konsep doa tidaklah paradoks dengan konsep takdir; selama difungsikan sesuai dengan keinginanNya.
Sekian dulu untuk hari ini. Kalau ada kebaikan yang kalian dapat, aku akan sangat senang jika kalian juga membagikannya ke sekitar kalian. Sampai jumpa di kesempatan berikutnya!
Komentar
Posting Komentar