Waktu itu MBTI pernah jadi topik yang cukup sering dibahas di mana-mana. Entah itu di sosmed, berita, atau bahkan jadi pembicaraan sehari-hari di sekitarku. Biasanya yang paling sering di bahas adalah persoalan introvert dan ekstrovert yang menjadikan kepribadian seseorang cukup berbeda satu dengan yang lainnya.
Aku sendiri setelah menganal MBTI jadi beranggapan bahwa
“introvert” adalah alasan di balik kurangnya aku dalam bersosialisasi. Iya
bener sih, gak salah juga. Tapi lama kelamaan aku mulai berpikir, bukankah MBTI
fungsinya untuk mengenali diri, kenapa makin lama jadi terasa seperti membatasi
aku ya?
Karena introvert, aku merasa punya batas dalam
bersosialisasi. Aku jadi punya pembenaran untuk tidak banyak berinteraksi
dengan orang lain. Aku merasa wajar untuk seorang introvert tidak banyak
berteman.
Tapi makin ke sini aku mulai menyadari, kalau aku berhenti
pada konsep introvert yang sulit dalam berkomunikasi dengan orang lain, terutama
orang baru, aku tidak akan berkembang. Padahal kan komunikasi adalah sesuatu
yang bisa dipelajari dan dibangun?
Mungkin akan jauh lebih sulit dibanding mereka yang sudah
mudah dalam bersosialisasi, iya memang. Tapi fakta bahwa bersosialisasi itu
BISA untuk dipelajari adalah sebuah kesempatan untuk seseorang bisa berkembang
di luar keterbatasannya.
Jujur bagiku ini bukan hal mudah. Disaat aku merasa bahwa
dunia baik-baik saja tanpa percakapan, aku harus memulai sesuatu yang bagiku
lebih seperti merepotkan diri sendiri; memikirkan topik percakapan.
Tapi aku paham, cepat atau lambat aku akan membutuhkan skill
ini. Cepat atau lambat aku harus melatih ini. Jadi kalau bisa mulai dari
sekarang, ya kenapa tidak?
Sejak itu aku mulai menempatkan MBTI sebagai evaluasi diri. Aku jadi paham
bahwa aku kurang mampu dalam bersosialisasi, maka aku belajar untuk
bersosialisasi. Aku jadi paham bahwa aku pemikir garis keras, maka aku harus
belajar untuk menyeimbangkannya dengan empati.
Memang benar MBTI berfungsi untuk mengenali diri sendiri. Tapi
kebanyakan dari kita lupa untuk mengambil langkah setelahnya; alih-alih
memperbaiki kekurangan diri, kebanyakan dari kita justru menjadikan kekurangan
tersebut sebagai alasan di balik tidak bisanya kita atas sesuatu.
Jadi, aku harap kalian tidak akan jatuh dalam kesalahan yang
sama denganku!
Sekian dulu untuk hari ini. Kalau ada kebaikan yang kalian
dapat, aku akan sangat senang jika kalian juga membagikannya ke sekitar kalian.
Sampai jumpa di kesempatan berikutnya!
Komentar
Posting Komentar