Hari Hari Produktif: Terus Kapan Istirahatnya?

https://larrybuch.com/illustration.html

Masih banyak dari kita yang menyamakan produktif dengan aktifitas segudang, yang kayaknya sibuk dan tanpa istirahat. Tapi, apa iya begitu?

Produktif sendiri maknanya adalah melakukan aktifitas secara efisien. Bagaimana caranya agar bisa mendapatkan hasil semaksimal mungkin, dengan waktu seminimal mungkin. Jadi berbeda dengan sibuk yang mana kita hanya punya banyak pekerjaan saja, tapi belum tentu mengerjakannya dengan efisien.

Menurutku bentuk produktif terbaik adalah dengan punya planner. Karena dengannya kita akan bisa bekerja dengan efisien, sekaligus istirahat yang berkualitas. Bagaimana maksudnya istirahat yang berkualitas?

Pernah gak sih kalian scroll sosmed sampai berjam-jam tapi setelahnya tetep aja ngerasa belum ngapa-ngapain? Aku pernah! Dan ini adalah salah satu bentuk gak produktif. Karena pertama gak menyelesaikan satupun dari pekerjaan kita, dan juga gak menjadikan kita merasa sudah istirahat.

Sedangkan yang aku dapatkan dari membuat planner adalah aku yang jadi bisa punya waktu santai yang 100% santai. Dengan menyelesaikan semua pekerjaan yang ada di planner, berarti kewajibanku sudah selesai. Apapun yang aku kerjakan setelahnya bisa aku kerjakan tanpa beban, alias dalam keadaan santai.

Lagipula planner bisa berbentuk apa saja, entah itu yang terikat dengan waktu, atau sekedar to do list pekerjaan yang harus diselesaikan. Kalaupun lagi ingin punya hari kosong misalnya, kita bisa isi planner hari tersebut dengan istirahat total; tanpa ada rencana, ekspetasi dan target apapun.

Tapi ada planner ataupun tidak, menurutku ada yang lebih penting, yaitu memastikan bahwa istirahat yang kita dapatkan adalah istirahat yang “berkualitas”. Waktu istirahat yang memang sudah kita siapkan setelah menyelesaikan kewajiban, bukan hal-hal di luar kewajiban yang kita kerjakan justru untuk menghindari kewajiban itu sendiri.

Aku pernah maraton drama sampai ber episode-episode, tapi bukannya merasa istirahat, aku malah merasa lelah. Padahal seringkali dalam planner harian aku masukan nonton 1 episode drama sebagai reward di akhir planner, dan rasanya justru lebih lega. Beneran berasa istirahat. 

Alasannya (ternyata) jelas, dengan kita menghabiskan waktu kosong untuk sesuatu yang tidak menghasilkan apa-apa, kita akan lelah secara mental, yang bisa berakhir mempengaruhi fisik juga. Sedangkan dengan mengonsumsi hiburan setelah menyelesaikan pekerjaan, tubuh kita akan menerimanya sebagai istirahat.    

Bentuk istirahat setiap orang pastilah berbeda, tapi tentu akan sama-sama disayangkan jika ternyata yang kita anggap sebagai istirahat tersebut tidak benar-benar menjadi istirahat; karena kita mengonsumsinya sambil meninggalkan kewajiban.

Jadi menururtku, asumsi punya planner berarti sedikit waktu untuk istirahat itu salah total. Karena yang aku rasakan, justru dengan punya planner istirahat kita bisa jadi lebih berkualitas. 

Sekian dulu untuk hari ini. Kalau ada kebaikan yang kalian dapat, aku akan sangat senang jika kalian juga membagikannya ke sekitar kalian. Sampai jumpa di kesempatan berikutnya!

Komentar