![]() |
Sumber: Pinterest |
Aku teringat salah satu percakapan beberapa bulan yang lalu saat Bunda tanya, “Kamu gak tertarik buat les Bahasa Inggris aja kak?”
Kataku, “Buat apa?”
“Ya siapa tahu kamu mau apply kuliah lagi ke luar
negeri?”
“Hm, berarti nanti aja lesnya kalau udah punya rencana
kuliah ke luar negeri” Karena menurutku, buat apa mengeluarkan uang ke hal yang
gak ada output pastinya?
Toh aku gak punya tujuan studi ke luar negeri dalam waktu
dekat, dan aku beranggapan kalau Bahasa Inggris bisa dipelajari sendiri dari
mana aja. Jadi yaudah. Kenapa harus sampai seserius les segala?
Sampai akhirnya kemarin dapat tawaran jadi penerjemah ke
Vietnam dan aku iyain dengan modal nekat tanpa pengalaman apapun. Kalau dipikir-pikir
lagi, mungkin salah satu penguatnya adalah journal pagi yang ngide mulai aku
tulis pakai Bahasa Inggris 5 bulan terakhir?
Karena bahkan sampai lulus kuliah, dosenku percaya kalau aku
gak bisa Bahasa Inggris saking belepotannya setiap diajak ngobrol. Pun pas aku
iyain kesempatan kemarin, Bunda sendiri sampai ketawa gak percaya nanyain emangnya
aku bisa?
Bukannya merendahkan, tapi aku sendiri juga ketawa dan
mempertanyakan apakah aku beneran bakal bisa apa enggak. Tapi bermodal 5 bulan
terakhir terbiasa menyusun kalimat dalam Bahasa Inggris, ya kenapa gak sekalian
aja dicoba?
Ternyata benar apa kata orang, cara paling cepat bertumbuh
adalah keluar dari zona nyaman. Karena bekal termahal yang aku bawa pulang dari
perjalanan kemarin adalah motivasi untuk ngeseriusin apa yang aku suka.
Sejujurnya aku belajar Bahasa Inggris sejauh ini lebih
karena mau bisa akses sumber-sumber yang lebih luas aja; buku, konten, film, dan
hal-hal lain yang logikanya baru bisa kita pahami kalau paham Bahasa Inggris.
Makanya gak merasa butuh yang lebih serius dari itu, toh bukan
untuk baca jurnal, bawain presentasi atau semacamnya.
Tapi setelah merasakan kalau dari sekedar kesukaan aja bisa mengantarkan
aku sejauh pergi ke Vietnam dan bertemu pebisnis-pebisnis luar biasa, sejauh apa
aku bisa pergi dengan kemampuan yang lebih memumpuni?
Dari sini akhirnya aku punya azzam untuk lebih ngeseriusin
lagi apa-apa yang aku suka ke depannya. Entah ujungnya akan ke mana, entah nantinya
untuk apa, tapi selama aku punya waktu dan kesempatannya; kenapa tidak, bukan?
Selayaknya aku yang membawa pulang motivasi ini dari
perjalanan kemarin, aku harap motivasi ini juga bisa sampai ke kalian!
Komentar
Posting Komentar